Merencanakan SDM Betawi Unggul Pasca IKN, Yuk Bisa!

Merencanakan SDM Betawi Unggul Pasca IKN, Yuk Bisa!

Menenuhi kepala dengan ilmu, mengisi hati dengan budaya sejak di bangku sekolah.--Foto: LKB

Gerbang Jakarta. Pendidikan bukan hanya fondasi dasar pembentukan karakter dan intelektualitas seseorang. Namun lebih jauh lagi, pendidikan bahkan berperan vital dalam proses pembangunan bangsa. 

 

Di tengah pesatnya perkembangan zaman, peran pendidikan jadi makin krusial dalam membentuk sumber daya manusia yang tidak hanya cerdas akademis tetapi juga memiliki kearifan lokal. Tidak hanya tentang mengisi kepala dengan pengetahuan, tetapi juga memperkaya hati dengan nilai-nilai, norma, dan budaya. 

 

Oleh karena itu, filosofi pendidikan harus ditanamkan sejak dini sebagai fondasi bagi pertumbuhan dan pengembangan diri yang holistik. Konsep ini sangat relevan terutama dalam konteks masyarakat Betawi yang kaya akan nilai-nilai, norma, dan tradisi. Pendidikan menjadi alat transformasi mendasar yang berperan penting dalam membentuk paradigma berpikir individu, memungkinkan pergeseran dari pemahaman tradisional ke sudut pandang yang lebih modern dan inklusif. 

 

Profesor John Dewey, salah satu filsuf pendidikan paling berpengaruh di awal abad ke-20, menekankan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya dianggap sebagai transfer pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Dewey, dinyatakan dalam karyanya "Democracy and Education" di tahun 1916, pendidikan adalah proses dinamis dan interaktif yang memungkinkan pembentukan cara berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah nan efektif. 

 

Lebih lanjut, Dewey berargumen bahwa pendidikan yang efektif harus memfasilitasi pertumbuhan pribadi dan harus responsif terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat. Hal ini relevan terutama dalam konteks Jakarta, sebuah metropolis yang terus beradaptasi dengan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi. 

 

Data menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih terbuka dalam menerima perubahan dan lebih aktif berpartisipasi dalam inovasi. 

 

Di Jakarta, kebutuhan untuk pendidikan yang berkualitas semakin mendesak seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan ekspansi urban yang pesat. Pendidikan yang efektif tidak hanya mengasah kemampuan intelektual, tetapi juga membentuk warga yang memiliki kepekaan sosial dan kesadaran kultural. 

 

Ini penting untuk memastikan bahwa penduduk Jakarta tidak hanya bisa bertahan di tengah persaingan global yang ketat, tetapi juga mampu mempertahankan identitas kultural yang kaya dalam proses modernisasi. Dengan demikian, pendidikan di Jakarta harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang memadukan kearifan lokal dengan wawasan global, menciptakan masyarakat yang tidak hanya adaptif tapi juga inovatif. 

 

Berdasarkan pentingnya pendidikan dalam mengubah paradigma dan memperkaya filosofi kehidupan, muncul kebutuhan mendesak untuk mendukung akses pendidikan tinggi di kalangan masyarakat Betawi. Program beasiswa untuk sarjana pertama di keluarga Betawi menjadi sangat strategis. Beasiswa ini bukan hanya membantu meringankan beban finansial, tetapi juga sebagai pengakuan dan investasi pada potensi yang dimiliki oleh masyarakat Betawi.

 

Program ini bertujuan untuk menciptakan generasi pertama sarjana dalam keluarga, yang diharapkan dapat menjadi role model dan memotivasi anggota keluarga lainnya untuk mengikuti jejak mereka. 

 

Program beasiswa ini memiliki kriteria seleksi yang dirancang untuk memastikan bahwa manfaatnya tepat sasaran. Kriteria tersebut antara lain: a) ayah adalah orang Betawi asli, b) ibu berasal dari Betawi, c) calon penerima beasiswa harus lahir di Jakarta, d) keluarga telah menetap di Jakarta selama minimal 20 tahun dengan kepemilikan KTP Jakarta, dan e) prioritas diberikan kepada mereka yang merupakan calon sarjana pertama dalam keluarganya. 

 

Kriteria ini diharapkan dapat memastikan bahwa dukungan diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan dan berpotensi menginspirasi perubahan dalam komunitasnya.

 

Dengan tersedianya akses pendidikan tinggi melalui program beasiswa, diharapkan muncul sumber daya manusia Betawi yang tidak hanya unggul di tingkat nasional tetapi juga kompetitif di kancah internasional. Pendidikan yang berkualitas akan membekali mereka dengan pengetahuan, keterampilan, dan wawasan global yang diperlukan untuk bersaing dan berkolaborasi di berbagai sektor. 

 

Jadi, program ini bukan hanya tentang bagaimana menciptakan sarjana, tetapi tentang mempersiapkan pemimpin masa depan yang akan membawa nama baik Betawi dalam berbagai pencapaian baik di tingkat nasional maupun internasional. 

 

Seiring pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara di Kalimantan TImur, penting bagi Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta untuk tetap berfokus pada pengembangan sumber daya manusianya. 

 

Dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang mencapai kurang lebih 70 triliun rupiah, Jakarta memiliki kesempatan emas untuk mengalokasikan sebagian dari dana tersebut untuk program beasiswa. Investasi ini tidak hanya akan membantu mempertahankan daya saing Jakarta sebagai salah satu pusat ekonomi dan pendidikan di Indonesia, tetapi juga menjamin masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang. 

 

 

Melalui pendidikan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, Jakarta dapat memastikan bahwa transisi ibu kota tidak mengurangi namun justru meningkatkan potensi dan kualitas sumber daya manusianya, membawa harapan baru bagi masyarakat Betawi dan seluruh penduduk Jakarta.

 

Dr. Romi Siswanto, M.Si

Sumber: