Lukisan Babi Di Gua Sulawesi Diduga Berusia 51.200 Tahun

Minggu 07-07-2024,13:01 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Gerbang Jakarta. Sebuah lukisan purba tentang manusia dan babi yang ditemukan  di gua kapur di Leang Karampuang, Sulawesi Selatan, diperkirakan berusia puluhan tahun lebih tua ketimbang lukisan serupa yang pernah didapati di gua Lascaux, Prancis.

Seperti dilansir Deutsche Welle, lukisan yang menggambarkan kemampuan story telling paling dasar dalam awal sejarah manusia itu diklaim berusia 51.200 tahun. Kata  Maxime Aubert, arkeolog di Universitas Griffith di Australia, "Lukisan ini adalah bukti tertua bahwa manusia suka bercerita. Tim  arkeolog yang dipimpin Aubert mempelajari lapisan seni yang menutupi dinding gua batu kapur bernama Leang Bulu Sipong 4 di Kabupaten Maros Pangkep.

Karya purba ini dilestarikan di balik lapisan kalsium karbonat yang terbentuk di dinding gua selama ribuan tahun.  Teknik pelacakan umur sebelumnya, yang disebut penanggalan seri uranium, memperkirakan karya seni tertua itu berusia sekitar 44.000 tahun. Namun pengembangan termutakhir metode analisa laser dari sampel batuan, memungkinkan cara yang lebih akurat dan efisien untuk menentukan umur benda seni bersejarah tersebut, kata Aubert.

Metode baru ini mengoreksi perkiraan umur karya seni sebelumnya, yakni mundur 4.000 tahun menjadi sekitar 48.000 tahun yang lalu.  Aubert juga menggunakan metode serupa untuk mengungkap usia lukisan purba di dekat Gua Leang Karampuang. Gambar tersebut menampilkan manusia berinteraksi dengan hewan mirip babi.

Analisis Aubert menemukan bahwa lukisan di Gua Leang Bulu Sipong 4 telah berusia 51.200 tahun, yang menjadikannya adegan naratif tertua yang pernah dilukis oleh manusia hingga saat ini.

Meski begitu, lukisan Gua Leang Bulu Sipong 4 bukan merupakan lukisan tertua di dunia. Gelar tersebut masih dipegang gambar di Cueva de los Aviones di Spanyol.  Namun seni yang digunakan di Sulawesi jauh lebih rumit, kata George Nash, arkeolog di Universitas Coimbra, Portugal.

"Seni gua di Spanyol sebagian besar berupa cetakan tangan, namun seni gua di Indonesia jauh lebih rumit dan kemungkinan besar lebih berisi sebuah cerita. Pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin di Sulawesi mampu diproduksi seni bertaraf tinggi pada saat itu? Karena sangat sedikit karya seni yang bertahan lebih dari 50.000 tahun," kata Nash kepada Deutsche Welle.

Ambang batas 50.000 tahun dipandang oleh para arkeolog sebagai "titik emas" dalam evolusi manusia, karena pada saat itu manusia modern berpindah ke arah timur menuju Asia, ke Indonesia dan lalu ke Australia, yang pada saat itu dihubungkan oleh sebuah daratan raksasa. (msr)

Kategori :

Terpopuler