Tradisi Lebaran Anak Yatim Di Tanah Betawi

Sabtu 06-07-2024,12:12 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Gerbang Jakarta. Sebentar lagi kita umat Islam akan memasuki Tahun Baru Hijriyah 1446 H. Tahun barunya umat Islam di seluruh dunia.

 

Biasanya, perayaan Tahun Baru Hijriyah ini dirayakan berbeda dengan perayaan Tahun Baru Masehi.  Perayaan Tahun Baru Masehi selalu dirayakan dengan meriah, dengan rencana dan anggaran yang cukup besar. Tetapi, saat acara pergantian Tahun Baru Hijriyah, dirayakan dengan sangat sederhana oleh umat Islsm di seluruh dunia.

 

Dalam perhitungan Kalender Islam, Qamariyah atau Lunar System, Muharram adalah bulan pertama dalam tradisi penanggalan. Bulan ini juga sering disebut sebagai Tahun Baru Hijriyah. Penentuan dan penetapan Tahun Baru Hijriyah yang menggunakan pendekatan Bulan (Qamariyah) atau Lunar system ini dimulai pada masa pemerintahan khalifah Umar bin al-Khattab (634-644 M), atas usul Ali bin Abi Thalib. 

 

 

Tradisi Muhasabah, Berdo’a dan Berdzikir

 

Pergantian waktu dalam penyambutan Tahun Baru Islam terjadi saat memasuki waktu Maghrib, persis saat adzan Maghrib berkumandang.  Biasanya umat Islam, termasuk umat Islam di Betawi melakukan Muhasabah, berdo’a  dan berdzikir untuk melakukan introspeksi diri dan evaluasi atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama setahun yang lalu, dan berdo’a terbaik untuk penghidupan di tahun mendatang.

 

Umat Islam seluruh dunia, termasuk umat Islam di Betawi, berkumpul di tempat-tempat ibadah, melakukan dzikir dan mendengarkan Tawshiyah dari para Ulama atau Asatidz, hingga menjelang Shalat ‘Isya. Usai Shalat Isya, masyarakat Muslim, termasuk Muslim di Betawi, melakukan pawai obor yang diikuti oleh anak-anak, tidak ketinggalan juga orang dewasa dan orang tua lainnya.

 

Mereka berkeliling kampung mengajak umat Islam lain bergabung merayakan Tahun Baru Islam. Tidak ada kemeriahan, tidak ada kemewahan dan pesta pora. Umat Islam menyambut kedatangannya dengan suka cita, meski tidak semeriah saat pergantian tahun baru masehi.

 

 

Tradisi Lebaran Anak Yatim

 

Di Betawi, banyak tradisi positif yang dilakukan dalam memeriahkan Tahun Baru Hijriyah dan Muharram, selain seperti disebutkan pada bagian sebelumnya, ada lagi tradisi lain, yaitu tradisi menyayangi dan menyantuni anak yatim piatu.

 

Selain pelaksanaan santunan yatim piatu dilakukan oleh lembaga atau sebuah yayasan, banyak orang Tajir di Betawi yang dengan ikhlas dan sukrela menginfakkan sebagian harta yang mereka miliki untuk dibagikan pada anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. Mereka mengundang dan mengumpulkan anak-anak yatim piatu untuk datang ke rumahnya. 

 

Undangan tersebut direspons, tentu saja, dengan sangat baik oleh mereka dan orang tua masing-masing. Ada yang datang sendiri dan ada pula yang datang berombongan dengan keluarga dan saudara. Mereka datang dengan penuh ceria dengan harapan mereka akan mendapatkan sesuatu berupa uang, makan dan lain sebagainya. 

 

Setibanya di rumah orang Betawi Tajir tersebut, mereka diarahkan oleh orang-orang tuan rumah untuk menuju ke suatu tempat atau ruangan, dan biasanya ke meja makan. Tuan rumah, memang sudah menyiapkan kuliner khas Betawi dan khas Nusantara lainnya, untuk disantap bersama.

 

Usai menyantap kuliner yang tersedia, mereka diminta untuk duduk bersila di tengah ruang rumah orang Betawi Tajir, yang biasanya memang sengaja dibuat luas. Mereka kemudian baca syrat Yasin berdzikir dan berdo’a bersama untuk keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, kesuksesan dan keselamatan mereka di dunia dan akhirat, khususnya untuk tuan rumah dan keluarga besarnya.

 

Kemudian mereka diminta jangan pulang terlebih dahulu, sebelum mendengarkan ceramah atau tawshiyah dari ulama yang sengaja diundang tuan rumah.  Setelah sang ulama selesai bertawshiyah dan ditutup dengan do’a, orang Betawi Tajir tersebut meminta anak-anak yatim dan fakir miskin tersebut untuk berbaris, menerima amplop berisi uang.

 

Mereka senang dan riang gembira. Sambil menyium tangan tuan rumah dan orang yang hadir di situ, mereka ngeloyor, keluar sambil menuju rumah atau tempat tinggal mereka masing-masing. 

 

Selain diadakan pertemuan di rumah orang tajir di Betawi, biasanya lembaga atau yayasan yatim piatu atau tempat ibadah, seperti madjid dan mushalla, juga mengadakan penyambutan tahun baru hijriyah dengan mengundang anak yatim piatu dan fakir miskin. Biasanya lembaga tersebut membentuk panitia perayaan Muharram. Merekalah yang melaksanakan kegiatan dengan mengumpulkan atau mencari dana kegiatan tersebut ke lembaga lain, baik pemerintah atau swasta, selain donatur tetap.

 

Para yatim piatu dan fakir miskin diundang datang ke lembaga tersebut untuk berdo’a dan berdzikir serta bermuhasabah, kemudian setelah shalat Isya, mereka berkeliling kampung membawa obor beramai ramai. Mengajak umat Islam untuk menyambut kehadiran tahun baru hijriyah.

 

Jadi, kalau di masyarakat Betawi yang sangat religius, mereka bisa memaknai kehadiran tahun baru hijriyah dengan cara berbeda. Selain berdzikir dan berdo’a, mereka juga melaksanakan kegiatan sosial berupa santunan pada yatim piatu dan fakir miskin. Seperti yang diajarkan Rasulullah untuk menyayangi dan menyantuni yatim piatu dengan berbagi sedikit rizki yang merrka punyai.

 

Karena itu, Bulan Muharram di dalam tradisi komunitas etnis masyarakat Betawi juga dikenal sebagari Lebaran Anak Yatim.

 

Pamulang, 06 Juli. 2024.

Murodi al-Batawi

Kategori :

Terpopuler