1001 Alasan Anda Wajib Mengunjungi Museum Wayang

Jumat 12-07-2024,11:21 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Gerbang Jakarta.  Museum Wayang, terletak di kawasan Kota Tua adalah satu dari 89 museum yang ada di Jakarta. Museum ini mengoleksi lebih dari 6.800 wayang dari seluruh Nusantara. Jika benar-benar cinta budaya Nusantara, Anda wajib mengunjungi museum ini.

Alasan utama Anda wajib mengunjungi, lantaran museum ini memajang ribuan koleksi wayang, salah satu warisan dunia takbenda asal Indonesia yang telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 7 November 2013.

 

Dikutip dari  Antara dan  Indonesia.go.id, koleksinya meliputi wayang kulit, wayang klitik, wayang kaca, wayang boger, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, wayang beber, aneka topeng dan boneka, serta perangkat gamelan. Total ada 6.800 buah.

 

Wayang-wayang di museum ini berasal dari seluruh nusantara dan mengambil latar tokoh dari kitab Ramayana dan Mahabrata. Misalnya wayang kulit Palembang, wayang kulit Banjar dari Banjarmasin, dan wayang kulit Bali yang berbalut kain poleng. Terdapat juga koleksi wayang kulit khas Sasak, suku asli Pulau Lombok dan berbahan kulit kerbau.

 

Wayang kulit Sasak mengambil kisah bernuansa Islam yang kental, terutama mengenai perjalanan paman Nabi Muhammad SAW. Wayang kulit Sasak ini diketahui telah dibuat sejak 1955 dan mulai dikoleksi oleh Museum Wayang pada 1976 silam. Wayang Intan yang dibuat oleh Ki Guna Kerti Wanda pada 1870 menjadi koleksi tertua dan berasal dari Muntilan, Jawa Tengah. Wayang Intan dibuat satu set dengan perangkat gamelan.

 

Tak sebatas wayang, ada pula boneka dan ondel-ondel khas Betawi serta boneka Si Unyil, serial khusus anak-anak yang tenar pada era 1980-an setelah mengudara pertama kali 5 April 1981 di TVRI. Museum Wayang sendiri dibagi menjadi beberapa ruangan seperti Lorong Wayang Golek Sunda dan Betawi, Ruang Sumatra Utara menampilkan koleksi wayang dan boneka tradisional suku Batak. Ada pula ruang pertunjukan wayang yang menggelar pertunjukan secara berkala.

 

Anda juga dapat menikmati koleksi dari mancanegara, berupa boneka tradisional dari Inggris, Polandia, Rusia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Tiongkok, dan Suriname. Oh ya, di museum ini ada pula makam pendiri Batavia, Jan Pieterzoon Coen.

 

 

Dinding dan Lantai Bergerak

 

Alasan lain mengunjungi museum ini, lantaran pengelola sedang membangun wahana berteknologi imersif. Teknologi ini akan membuat dinding dan lantai ruangan bergerak dan menampilkan rangkuman koleksi dalam bentuk video  mapping. Wahana ini akan memudahkan pengunjung mendapatkan informasi mengenai wayang di Nusantara. Pembangunannya sudah dimulai tahun ini dan diperkirakan bisa dinikmati tahun depan.

 

Mau belajar bikin wayang? Pengelola membuka pelatihan pembuatan wayang janur dengan membayar hanya Rp15.000 per orang. Tak hanya itu, setiap minggu pun digelar pertunjukan wayang, tidak dipungut biaya alias gratis.

 

Setiap hari, Museum Wayang dikunjungi oleh hampir 500 orang dan jumlah itu bisa naik menjadi 1.500 orang saat musim libur sekolah. Museum ini buka setiap hari sejak pukul 09.00 WIB dan tutup jam 15.00 WIB. Tarifnya untuk orang dewasa Rp5.000 per orang, mahasiswa Rp3.000 per orang, dan pelajar Rp2.000 per orang.

 

 

Lebih dari Satu Abad

 

Alasan berikutnya adalah eksotisme bangunan Museum Wayang ini, yang dulunya bernama De Oude Hollandsche Kerk atau Gereja Lama Belanda, dibangun pada 1640. Memasuki tahun 1732, pengelola gereja memperbaiki bangunan De Oude Hollandsche Kerk. Pekerjaan itu selesai pada 1736 dan namanya diganti menjadi De Nieuwe Hollandsche Kerk.

 

Saat terjadi gempa bumi pada 1808, seluruh bangunan Gereja Baru Belanda porak poranda. Pembangunannya dimulai lagi pada 1912 oleh sebuah perusahaan perkebunan Hindia Belanda, Geo Wehry & Co melibatkan dua arsitek terkemuka Belanda saat itu, Eduard Cuypers dan Marius Jan Hulswit.

 

Keduanya mendesain ulang bangunan yang semula sebagai gereja untuk difungsikan menjadi gudang penyimpanan rempah untuk diekspor oleh Geo Wehry & Co. Cuypers-Hulswit mendesain gudang bergaya neo-renaissance dan terdiri dari dua lantai dengan bentuk bangunan persegi panjang, menggunakan atap model perisai memanjang, dan dinding bata berlapis spesi yang dilapis cat. Jendela dan pintu terbuat dari kayu dengan bukaan tinggi, sedangkan fasad menganut gaya art deco. Pintu dengan model dua daun pintu bersebelahan melengkapi bangunan baru ini. 

 

Pada 14 Agustus 1936, gedung seluas 990 meter persegi (m2) dan berdiri di atas lahan 627 m2 selanjutnya diubah menjadi monumen sebelum akhirnya dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Ini adalah lembaga yang didirikan untuk memajukan penelitian dalam seni dan sains khususnya di bidang biologi, fisika, arkeologi, sastra, etnologi dan sejarah, dan mempublikasikan hasil penelitian.

 

Bangunan ini kemudian dijadikan museum dengan nama De Oude Bataviasche Museum atau Museum Batavia Lama yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer pada 22 Desember 1939.

 

Pada 1957, pengelolaannya diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) dan berubah nama menjadi Museum Jakarta Lama. Lalu pada 23 Juni 1968 diserahkan kepada Pemerintah Jakarta untuk dijadikan kantor Museum dan Sejarah Jakarta.

 

Pada 1970, bangunan ini sempat digunakan sebagai kantor Wali Kota Jakarta Barat. Nama Museum Wayang baru digunakan pada 13 Agustus 1975, diresmikan oleh Gubernur Jakarta, Ali Sadikin. Selain Museum Wayang, Ali Sadikin juga pencetus berdirinya Museum Sejarah Jakarta, Museum Keramik, dan Museum Tekstil.

 

Catat alamatnya: Jl. Pintu Besar Utara nomor 27, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. ( msr)

Tags : #wayang nusantara #museum wayang #museum di jakarta #koleksi wayang #koleksi museum
Kategori :

Terkait

Terpopuler

Terkini